Bikin WHO Kagum, Obat Herbal dan Alami dari Afrika ini Resmi Diuji Secara Klinik Untuk Pengobatan Covid-19
GridHITS.id -Obat herbal asal Afrika ini dinilai bisa menjadi alternatif untuk menyembuhkan corona secara optimal.
Bahkan WHO sudah menyetujui riset tahap ketiganya untuk pengobatan covid-19.
Ini menjadi kabar baik bagi penggemar bahan alami dan herbal di tanah air.
Baca Juga:PSBB Ketat Kembali Berjalanan, Penumpang KRL Dilarang Gunakan Masker Scuba dan Buff, Lalu Bagaimana?
Baca Juga:Tiba-tiba Miliki Wajah Cerah dan Glowing Seketika, Youtuber Ini Kaget, Ternyata Ini yang Dilakukannya
Artinya, Indonesia yang kaya akan sumber alam bisa terpacu dan membuat obat herbal sendiri.
Bila obat itu memiliki potensi besar menyembuhkan corona, WHO pun tak bisa menutup mata dan pasti akan melanjutkan proses pengujian secara klinis.
Hal ini terjadi pada obat herbal buatan Afrika yang telah disetujui WHO untuk uji klinis tahap ketiga untuk pengobatan corona.
WHO beralasan semua pengobatan harus berlandaskan keilmuan yang sehat merupakan dasarterapi tradisional yang aman dan efektif untuk diadopsi, demikian seperti dikuitp dari website BBC, Senin (21/9/2020).
Aturan itu bisa membantu para ilmuwan untuk menguji secara klinis obat corona yang tepat, termasuk obat-obatan tradisional.
Solusi tradisional apa pun yang dianggap efektif dapat dilacak dengan cepat untuk manufaktur skala besar.
Pengobatan herbal Afrika sempat menjadi sorotan usai pemimpin Madagaskar mempromosikan produknya untuk melawan corona.
Sayangnya, pengujian obat itu masih memerlukan pendalaman lebih lanjut.
Tak usah heran, klaim pemimpin Madagaskar ini sempat mendapatkan pertanyaan bahkan cemoohan karena dianggapmemberikanharapan palsu.
Lalu, dilansir GridHITS.id dari kompas.com, WHO Pun langsung menyetujui prosespengujian obat-obatan herbal Afrika, sebagai pengobatan potensial untuk virus corona dan epidemi lainnya.
Baca Juga:Jangan Lagi Lakukan Kesalahan, Begini Cara yang Tepat Agar Masker Kain Aman Dipakai Berkali-kali
Baca Juga:Seperti Ini Cara Leluasa Bernapas Meski Seharian Beraktivitas di Luar Memakai Masker
Selain vaksin, obat-obatan tradisional juga dilirik untuk mengobati Covid-19.
Kini dengan perilisan protokol dari WHO, obat-obatan herbal Afrika bisa diuji dengan kriteria serupa uji klinis vaksin di lab-lab Asia, Eropa, atau Amerika.
Kemarin para ahli WHO dan kolega dari dua organisasi lain "mengesahkan protokol untuk uji klinis herbal Fase III untuk Covid-19 serta grafik dan kerangka acuan guna pembentukan data, dan dewan pemantauan keamanan untuk uji klinis obat herbal," kata WHO dalam pernyataan yang dikutip AFP.
"Uji klinis Fase III sangat penting dalam menilai sepenuhnya keamanan dan kemanjuran produk medis baru."
"Jika suatu produk obat tradisional ditemukan aman, berkhasiat, dan terjamin kualitasnya, WHO akan merekomendasikan (itu) untuk manufaktur lokal skala besar yang dapat dilacak dengan cepat," ucap Prosper Tumusiime direktur regional WHO sebagaimana dikutip pernyataan itu.
Di uji klinis ini WHO bermitra dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Afrika serta Komisi Urusan Sosial Uni Afrika.
"Serangan Covid-19, seperti wabah ebola di Afrika Barat, telah menyoroti perlunya penguatan sistem kesehatan serta program penelitian dan pengembangan yang dipercepat, termasuk pada obat-obatan tradisional," lanjut Tumusiime.
Baca Juga:Bisa Jadi Solusi Kelangkaan, Para Ahli Temukan Cara Sterilisasi Masker N95 Pakai Kompor Listrik
Secara khusus dia tidak merujuk ke minuman Madagaskar Covid-Organics yang juga disebut CVO.
Presiden Andry Rajoelina menyebutnya bisa menyembuhkan Covid-19. CVO sudah didistribusikan secara luas di Madagaskar dan dijual ke beberapa negara lain, terutama di Afrika.
Pada Mei Direktur WHO Afrika Matshidiso Moeti mengatakan kepada media, bahwa pemerintah Afrika pada tahun 2000 sudah berkomitmen menggunakan "terapi tradisional" melalui uji klinis yang sama seperti pengobatan lainnya.
"Saya paham soal kebutuhan, desakan untuk menemukan sesuatu yang membantu," ucap Moeti dikutip dari AFP. "Tapi kami sangat ingin mendorong proses ilmiah di mana pemerintah sendiri yang berkomitmen."